3 Pelajaran dari Kemenangan Obama 12 October 2017 – Posted in: Inspirasi – Tags: , ,

 

Pekan lalu, kita disuguhi berita-berita seputar kemenangan Barack Obama untuk kedua kalinya dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat. Menurut para pengamat, ada beberapa faktor yang mendukung kemenangan Obama kali ini. Di antaranya adalah faktor ekonomi dan kesetaraan gender.

Beberapa kebijakan Obama selama memimpin AS, menurut para analis, telah memberi pengaruh positif terhadap perekonomian negeri tersebut. Obama dinilai telah berperan dalam mencegah jatuhnya industri otomotif di Amerika dan menyelamatkan lapangan pekerjaan.

Hal mengejutkan dari pemilihan presiden di AS kali ini berhubungan dengan kesetaraan gender. Obama rupanya mampu menarik simpati dari para pemilih perempuan dan kelompok-kelompok minoritas, seperti kaum Hispanik. Inilah kunci kemenangan Partai Demokrat atas Partai Republik yang mengusung Mitt Romney sebagai calon presiden.

Selama ini, Republik dikenal dengan pandangan-pandangan ekstremnya terhadap isu aborsi, imigrasi, hak-hak sipil, dan pernikahan sejenis. Sementara Demokrat lebih terbuka kepada perubahan dan isu-isu sosial tersebut.

Dengan demikian, kemenangan Obama bukan hanya kemenangan Partai Demokrat atas Partai Republik. Kemenangan ini menunjukkan bahwa dunia tengah berubah, bahwa banyak orang menuntut kebebasan dan persamaan hak. Kemenangan Obama bisa menjadi pelajaran bagi para pemimpin lainnya, tak terkecuali para pemimpin organisasi.

Dari kemenangan Obama ini, ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik oleh para pemimpin:

  • Pemimpin membangun kepercayaan dengan mendengarkan dan memahami permasalahan orang-orang di sekitarnya.
  • Pemimpin mampu menyatukan berbagai kelompok dan pendapat yang berbeda.
  • Pemimpin yang baik rendah hati dan mau melayani.

Pemimpin membangun kepercayaan.

Agar orang mau mendengarkan kita, kita pun harus mau mendengarkan orang lain. Prinsip ini sangat sederhana. Kepercayaan dibangun lewat komunikasi. Ketika seorang pemimpin mau duduk bersama, mendengarkan pendapat serta permasalahan yang dihadapi oleh timnya; saat itu pula anak buah akan merasa dihargai. Kepercayaan mereka terhadap pemimpin akan tumbuh.

Obama pun menunjukkan sikap terbuka, membangun komunikasi, dan berusaha memahami isu-isu sosial yang ada di negerinya. Hal ini membuat kaum minoritas di Amerika, yang selama ini merasa kurang diperhatikan, merasa dihargai. Mereka mendapatkan pengharapan. Mereka merasa diterima, sehingga percaya dan mau memberikan suaranya untuk Obama.

Melalui komunikasi, pemimpin tidak hanya bisa memahami sudut pandang para anak buahnya, tetapi juga dapat menegaskan visinya dan mendelegasikan tugas kepada orang-orang yang tepat. Pemimpin akan mengenal orang-orang dalam timnya. Dia tidak melihat mereka sebagai orang-orang yang bekerja untuk dia, tetapi melihat mereka sebagai orang-orang yang bekerja bersama dia.

Dengan adanya komunikasi yang baik, pemimpin dan timnya bisa berdiskusi secara terbuka dan objektif mengenai tujuan organisasi dan proyek-proyek mereka.

Pemimpin mampu menyatukan berbagai kelompok dan pendapat yang berbeda.

Poin kedua ini juga terkait erat dengan komunikasi dan kemampuan pemimpin untuk mendengarkan. Ketika pemimpin telah mendapatkan kepercayaan dari anak buahnya, niscaya timnya mau mendengarkan dan menerima keputusan yang diambil si pemimpin. Mereka percaya bahwa keputusan tersebut demi kebaikan mereka bersama dan demi organisasi.

Pemimpin yang baik rendah hati dan mau melayani.

Dalam dunia politik, seorang pemimpin harus menyadari tentang kemungkinan mengapa dia bisa terpilih menjadi pemimpin. Seseorang bisa menjadi pemimpin belum tentu karena orang-orang menginginkan dia menjadi pemimpin. Bisa jadi, alasannya karena orang-orang itu tidak ingin dipimpin oleh pesaing politiknya.

Dalam organisasi sekalipun, hal yang sama bisa juga terjadi. Mungkin saja, ada beberapa kandidat berprestasi yang berpotensi untuk menjadi manajer atau CEO di perusahaan Anda. Tetapi, yang terpilih adalah Anda. Jangan besar kepala karena itu. Pemimpin yang baik rendah hati dan mau melayani.

Ketika Anda mendapati ada anak buah yang kurang suka dengan kepimpinan Anda, cobalah cari penyebabnya. Lakukan pendekatan dengan mereka, bukalah komunikasi yang cerdas dengan hati dan telinga yang terbuka.

Umumnya, orang akan menilai seorang pemimpin itu baik atau buruk dari kemampuannya membangun semangat tim, sifat karismatik, intelektualitas dan profesionalisme, serta ketekunan dan keputusan-keputusan berani yang dia ambil dalam menjawab berbagai tantangan.

Pemimpin perlu menyadari bahwa setiap manusia memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Sejatinya, tujuan utama manusia bekerja bukanlah demi kejayaan pemimpin atau organisasinya. Mereka bekerja dan berkarya demi tujuan hidup mereka. Pandanglah mereka sebagai partner. Hal ini akan menciptakan kolaborasi yang hebat dalam tim untuk meraih tujuan bersama, yakni tujuan organisasi.